Bismillahirrahmanirrahim
#PENGUMUMAN
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Selamat siang sahabat PDH ...
Mari kita warnai wahana literasi, bersama-sama berbagi pengetahuan ilmu tentang "BALADA" sebagai wujud pecinta sastra memajukan kreatifitas dalam berkarya untuk mempererat silaturrahmi di antara sahabat PDH semuanya.
BALADA
Balada adalah sajak / puisi berisi tentang cerita yang terjadi sebenarnya, ataupun hanya khayalan penyair saja.
Balada merupakan puisi yang mengungkapkan getaran tabir hidup dalam menggambarkan perilaku seseorang.
Berdasarkan isinya, puisi balada digolongkan ke dalam jenis kesusastraan baru.
Dalam buku Pemandu di Dunia Sastra, Dick Hartoko dan Rahmanto membedakan balada dalam dua kelompok, yakni balada rakyat dan balada literer.
1. Balada rakyat berasal dari rakyat dan dibawakan dalam pertemuan-pertemuan rakyat. Balada ini mengisahkan tindak kepahlawanan seorang tokoh sejarah atau peristiwa-peristiwa yang terjadi pada jaman dahulu, kadang-kadang juga sebuah ”love story” antara dua kekasih tetapi biasanya ”happy-end”. Bahasanya sederhana. Pada Zaman romantik, balada rakyat itu dikumpulkan dalam antologi-antologi.
Balada rakyat umumnya tidak dikenal penciptanya dan disampaikan secara lisan dalam versi yang berbeda-beda. Dengan kata lain, balada dalam konteks ini bisa diartikan sebagai bentuk kisahan sederhana dengan isi emosional yang sederhana pula.
Dalam dunia sastra Indonesia, W.S Rendra melalui sajak-sajaknya yang kemudian dikumpulkan dalam Balada Orang-orang Tercinta, dan Ajip Rosidi dalam Jante Arkidam, pernah berupaya mengenalkan puisi jenis ini kepada pembaca di Indonesia.
Sementara sumber lain menyatakan bahwa balada dapat dipahami sebagai sajak kisahan romantis atau sentimentil, terdiri dari bait-bait pendek, berlarik empat dan berpola rima a-b-c-d. Larik pertama dan ketiga mengandung empat suku kata yang bertekanan, larik kedua dan keempat mengandung tiga suku kata yang bertekanan. Dengan demikian balada sastra diciptakan menurut pola balada, dengan memanfaatkan ciri-ciri balada rakyat yang lazim, tetapi bentuk kisahan dan isinya lebih maju/canggih (sophisticated). Contoh lain dari balada ini adalah puisi Sapardi Djoko Damono yang berjudul Balada Matinya Seorang Pemberontak.
2. Balada literer, balada literer atau balada sastra dimulai di Prancis pada abad pertengahan. Dalam konteks ini, balada diartikan sebagai lagu yang mengiringi sebuah tarian. Balada jenis ini menjadi populer pada abad ke-14 dan ke-15. Tokoh balada jenis ini adalah Francois Villon.
Balada jenis ini bercirikan:
a) Sajak yang berisikan cerita
b). Terdiri dari 3 (tiga) bait,
c). Masing-masing bait memiliki 8 (delapan) larik
d). Skema rima a-b-a-b-b-c-c-b pada bait pertama, Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c pada bait selanjutnya.
e). Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
Diksi dengan fonem rima m, n, ng, i, u, akan lebih mengalun daripada diksi yang menggunakan fonem t, s, h, k, e, yang terasa aneh apabila terdengar mendayu-dayu.
Skema rima hanya digunakan pada tiap-tiap bait. Pada larik terakhir bait pertama berima (b) akan berubah menjadi rima (a) refren bait kedua dan ketiga.
Balada adalah puisi yang sangat cocok bila disandingkan dengan musik. Dengan sajaknya yang panjang setara dengan 3 stanza, larik-larik dalam balada lumayan untuk mengimbangi durasi musik yang berkisar 4 - 5 menit. Berbeda dengan puisi lainnya, balada memiliki refren sebagai penegas hubungan antara bait-baitnya. Dengan rentak yang berubah, sajak-sajak balada mampu menciptakan variasi ketukan irama.
Menilik dari rima atau bunyi akhir dalam sajak balada, sahabat dapat memilih diksi yang merujuk kepada gagasan puisi tersebut. Jika dalam bunyi huruf arab kita mengenal huruf halaq ( kerongkongan), maka pada akhir sukukata fonem kita pun akan menimbulkan efek-efek bunyi tertentu.
Kita sering mendengar lengkingan suara yang terasa begitu mendayu, dan itu tak 'kan didapat dari rima yang berdiksi sebuah penegasan.
Contoh balada:
DALANG WAYANG
Karya: Dewi Pengukir Aksara
Gigihnya seorang dalang wayang (a)
Memapar kisah legenda silam (b)
Dari panggung ke panggung melanglang (a)
Menembus lorong-lorong sunyinya malam (b)
Hati dan pikiran menyatu dengan alam (b)
Merangkum lekakon teladan kehidupan (c)
Menyimpul fatwa sampai akhir zaman (c)
Memetik hikmah, indahnya kalam (b)
Memetik hikmah, indahnya kalam (a)
Agar hidup terarah, terlepas dari gamang (b)
Menggali kisah-kisah yang terpendam (a)
Bertekad mencari inspirasi cemerlang (b)
Lantang menggema laksana bintang (b)
Mengulas kisah-kisah disertai dagelan (c)
Sorak penonton tercengang-cengang (b)
Decak kagum terheran-heran menakjubkan (c)
Memetik hikmah, indahnya kalam (a)
Mengambil kisah teladan sambil berdendang (b)
Memadukan seni budaya beraneka ragam (a)
Langgam bersulam mendayu-dayu kendang (b)
Gending meliuk menerawang awang-awang (b)
Gemulai terpapar bahasa kesusastraan (c)
Siang malam dalang merancang (b)
Gebyar panggung dalam pertunjukan (c)
Cilacap, 12 April 2019, 14:00
Mari belajar bersama, maju bersama hebat semua, warnai dunia dengan selaksa aksara yang indah, berbudi, santun dan berguna bagi kita semua.
Selamat berkarya dan terima kasih telah meluangkan waktu belajar bersama.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.