Aku mengenangmu semasa kecil, penuh riang bergaya seolah tanpa beban. Di saat tertentu ada kalanya meronta meminta es krim kesukaannya.
Lihatlah Tuan, bukankah masa depannya cemerlang. Jangan kauberi sesal akan kehadirannya.
Terkadang demi ego orang tua, senyumnya hilang seketika. Meronta-ronta tanpa bisa meluahkan kata. Di mana ayah ibuku.
Tangis pun pecah saat usia dini banyak beban di pundaknya.
Mengapa harus terpisah dengan orang tua.
Si kecil yang malang menahan perih di dada, sekeras ini harus menanggung beban.
Sungguh aku berdosa telah merenggut keriangannya.
Namun apa daya, sebuah tuntutan kehidupan mengajak untuk memilih jalan.
Tabahkan hatimu, Nak. Kelak engkau menjadi pribadi yang kuat, melebihi orang tuamu yang lemah ini.
Jangan berkecil hati, walau aku 'tak selalu di sisi. Cahayamu menguatkan dalam hari-hari.
Memandangmu kurasakan bahagia, apalagi bisa bersama.
Sungguh keajaiban Tuhan yang kupinta dalam doa.
Senyumlah peri kecilku, suatu hari engkau kuat, sekuat pahlawan yang sanggup menyingkirkan kepentingan pribadi.
Engkau tunas pertiwi, jangan lemah karena keadaan ini. Hiasilah dengan senyum selincah mungkin.
Kelak permataku tumbuh dewasa kuat dengan segala coba.
Untukmu buah hati di sana.
Salam santun pagi grup PDH
Semoga salamku mengindahkan hari
Clp, 6 Maret 2019, 06:17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar